Tanggal 18 Agustus 2012 malam, ketika saya sedang asyik berbalas SMS ucapan lebaran, tiba-tiba muncul pesan singkat yang nyangkut di HP saya. Terkejut membacanya. Ternyata salah satu sahabat dari Komunitas Cikarang Baru bernama Bpk Sanusi Reza, anaknya telah meninggal dunia. Zahra nama Anak itu, yang baru berumur 7 tahun telah meninggal dunia tertabrak Mobil. Tragiss...
Ketika kebanyakan muslim tengah bersuka cita menyambut kedatangan Idul Ftri, sahabat kami justru mengarungi dengan kegelisahan dan kesedihan. Hilangnya buah hati tercinta. Surga,...begitu teriakan dalam hati ini....
Keluarga, khususnya Ayah dari ananda Zahra, Bpk Sanusi Reza telah ikhlas menerima kejadian ini bahkan dalam salah satu tulisannya beliau berpesan dan mengatakan "Sungguh saya Ridho dan Ikhlas atas terjadinya
kecelakaan ini dan saya merasa tidak sendiri atas simpati kasus ini demi sebuah
arti nama Keadilan. Hanya saja saya berpesan kepada Bapak/Ibu semua mulai saat
ini jangan lupa menggunakan Tombol "Child Lock"
pada mobil Bapak/Ibu semua agar tidak terulang kembali kasus seperti yg
menimpa anak saya.."
Oleh komunitas cikarang baru hari ini 3 September 2012, ditetapkan sebagai momentum untuk "Solidaritas Ananda Zahra". Berbagai publikasi melalui media online dan sosial telah dilakukan, salah satunya di blog Kompasiana
Sampai hari ini (tulisan ini di release) pelaku penabrak lari memang belum tertanggkap, tapi usaha dari sahabat komunitas Cikarang Baru sungguh luar biasa untuk mensupport kerja Polisi.
Berikut kronologis dan cerita yang ditulis oleh Pak Faishal Mahbub salah satu sahabat Cikarang Baru yang telah dikonfirmasi oleh Pak Sanusi (Ayah Ananda Zahra.)
BIDADARI KECIL BERNAMA ZAHRA
Zahra, begitulah ia disapa. Anak ke-2 dari tiga bersaudara dan putri
satu-satunya sahabat kami, Bpk Sanusi Reza, yang kami kenal sangat ramah, baik
pergaulannya sesama teman dan tetangga di lingkungan kami. Zahra adalah
bunga melati kecil di rumah Bpk Sanusi. Bulan Mei nanti ia genap berusia
8 tahun. Ia membawa keceriaan, sebagaimana anak wanita ia senang bergaya,
tertarik dengan fashion, bernyanyi dan menari, ia benar-benar bunga melati
kecil.
Kami mempunyai perkumpulan sepeda, dan sekali waktu kami
melihat Pak Sanusi mengajak Zahra bersepeda. Kayuhan-kayuhan kecilnya dan
senyum bahagia masih tergambar jelas dalam ingatan kami. Begitu akrabnya
mereka. Mungkin benar apa yang sering dikatakan orang, anak perempuan
lebih dekat dan merasa nyaman dengan ayahnya. Saya pribadi merasakan hal
seperti itu juga.
Hingga peristiwa itu tiba…..
17 Agustus 2012. Siang itu Zahra ikut menemani ayah dan ibunya pergi
ke sebuah bengkel di lingkungan perumahan kami, tepatnya di Jl. Rusa Raya
Cikarang Baru. Sebuah perjalanan terakhir bagi Zahra menemani ayah dan
ibunya tercinta. Sebuah perjalanan yang dikuti banyak para
malaikat. Sebuah perjalanan dimana Tuhan akan menggenapkan Takdir bagi
makhlukNYA.
Pak Sanusi, menepikan mobilnya. Tanpa merasakan apa-apa dia turun dari
mobil dan memeriksa masalah mobilnya seperti yang dilakukan orang kalau pergi
ke bengkel. Di seberang bengkel yang berjarak sekitar
20 meter arah ujung luar Jl. rusa Raya ada Gerobak Dorong yang menjual
asesoris anak-anak, dan Zahra berpikir tentang Gulungan Rambut. Zahra
ingin terlihat cantik di depan ayah dan ibunya, ia menginginkan Gulungan
Rambut. Maka, ia pun meminta ijin untuk membeli ikat rambut tapi dilarang
keras oleh Mamahnya karena kondisi udara Panas dan berada disebrang jalan yang
agak jauh. Mamahnya meminta dia untuk bersabar sampai urusan dibengkel selesai
baru menghampiri Gerobak Dorong tersebut searah pulang.
Namun apa yang terjadi ketika Mamahnya lengah dan turun dari mobil untuk memperhatikan
kerja sang Penambal Ban (kebetulan Mobil ini milik Istri saya dan biasa dia
pakai) ternyata Zahra mencuri kesempatan dan melanggar perintah Mamahnya untuk
diam ditempat sehingga kecelakaan itu terjadi...
Dari arah yang berlawanan, seorang pengendara mobil Avanza silver
dengan kecepatan tinggi melaju, menerjang undukan jalan (poldur) yang tak
jauh dari situ, tak ayal lagi……. dan brruukkkk…. Zahra terpental tertabrak
mobil itu, bukan…. Bukan tertabrak, Zahra ditabrak mobil itu karena mobil itu
tidak menghentikan lajunya, ia terus melaju, ia tahu telah menabrak seorang
anak kecil, tapi sopir itu tidak peduli, ia terus melaju…. Zahra pun terseret….
Si penabrak berhati binatang itu mencoba kabur, tetapi seseorang berhati
mulia mencoba menghalangi laju mobil itu, tetapi sudah bisa diduga orang ini
pun berniat ditabraknya pula. Begitulah perilaku pengecut, sekali dia
berbuat salah maka sebisa mungkin dengan segala cara bersembunyi di dalam got
jika perlu. Bapak-bapak penolong itu luput dari bahaya, ia bisa
menghindar dari mobil maut itu. Dan si sopir pengecut itu lolos
menghilang, meninggalkan kegeraman bagi siapapun yang melihat.
Zahra tergeletak di atas aspal panas. Matanya terpejam hanya merasakan
ayah dan ibunya memungutnya. Saat itu ia masih bernafas tetapi darah
sudah bercucuran dimana-mana. Zahra tidak merasakan sakit karena
sayap-sayap malaikat sudah menaunginya, hanya saja ia tak bisa berucap untuk
mengatakan “Papa.. Mama… ma’afkan aku”.
Secepatnya, Pak Sanusi membawa Zahra ke rumah sakit terdekat, berusaha
sekuat tenaga untuk menyelematkan putri buah hatinya itu. Manusia bisa
berusaha, tetapi tak ada yang bisa mencegah takdir Tuhan. Zahra
menghembuskan nafas terakhirnya, hari Jum’at, bulan ramadhan, waktu kematian
yang didamba-damba orang.
Kini Zahra sudah tiada di dunia. Ia sudah berada dimana seharusnya ia
berada. Ia sudah mengenakan ikat rambutnya yang terindah di Taman
Surga. Tetapi, sopir maniak itu masih berlenggang sampai saat ini.
Sopir itu tidak peduli nyawa seorang anak kecil. Sopir itu tak
mempedulikan hukum. Apa yang ada di dalam otak sopir itu ? Masihkah
kita berharap kesadaran dari orang seperti ini ?
Jika kami sekarang berharap keadilan agar kasus ini diselesaikan secara
hukum, itu karena kami menginginkan agar perilaku ugal-ugalan hingga memakan
korban jiwa cukup sampai di sini saja. Zahra menjadi martir bagi kita,
untuk kesadaran kita, untuk kebaikan kita bersama. Zahra tidak meninggal
dengan sia-sia, ia membukakan mata kita bahwa keadilan tetap harus
diperjuangkan. Sesama manusia harus saling menghargai, tolong menolong,
dimana saja ia berada, di lingkungan rumah, kantor ataupun di jalan raya
terlebih lagi.
Sampai detik ini, kami harus menunggu waktu dan sampai kapanpun akan terus
berusaha agar kasus ini bisa diselesaikan secara tuntas.
SOLIDARITAS UNTUK ZAHRA
Cikarang, 3 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar